Peduli Jilbab regional Bali
kembali menggelar acara “GEMAR” yakni gerakan menutup aurat bertajuk, jilbabku, bukti cintaku dengan
menggandeng PMM Al-Hikmah Undiksha Singaraja pada Ahad, 16 Februari 2020
bertempat di Masjid Agung Jami’ Singaraja. Sejatinya gemar ada sampai tahun ini
dikarenakan keresahan akan isu-isu bahwa jilbab tak lagi menjadi kewajiban,
penafsiran yang salah atau masih belum paham akan esensi jilbab itu sendiri. Dikemas dengan begitu
apik dan menarik menjadi daya tarik tersendiri dan merasa antusias untuk hadir
menyaksikan langsung. Mendatangkan dua pembicara yakni Fathima Azzahra yang
merupakan koordinator SPJ Bali dan Pudjianti Kusumah sebagai mahasiswi jurusan
pendidikan teknik informatika Undiksha Singaraja.
Dibuka dengan pembacaan ayat
suci Al-Qur’an surah Al-Baqarah oleh adek-adek Rumah Tahfidz Hasanah yang
kemudian dilanjutkan dengan talkshow dipandu oleh moderator kelahiran Sidoarjo
yang kini masih menempuh S1 di jurusan Sosiologi Universitas Udayana Bali.
Diketahui peserta yang hadir sekitar 50 orang dari kalangan beragam seperti
remaja, ibu-ibu dan di dominasi mahasiswi Undiksha. Dibacakan pemantik talkshow
dengan singkat bahwasanya perkembangan fesyen di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan adanya blog, online shop,
serta toko-toko yang menjamur menyediakan busana muslim, termasuk dengan
jilbab.
Hadirnya jilbab ini mampu
menggeser anggapan masyarakat umum selama ini bahwa berjilbab itu tidak cantik,
kolot, dan tidak fleksibel. Apalagi kita tahu gaya jilbab masa sekarang telah
menjadi bagian penting dalam industry fesyen di Indonesia. Jilbab merupakan gamis
longgar yang dijulurkan ke seluruh badan hingga mendekati tanah sehingga tidak
membentuk lekuk tubuh seperti tertuang dalam perintah Allah, Al-Qur’an surah
Al-Ahzab:59. Dalam sesi talkshow ini
dijelaskan bagaimana sejarah gemar di Indonesia yakni untuk mengkampanyekan
jilbab syar’i serta melawan hal-hal yang berbau ke valentine, seperti yang kita
ketahui bahwa gemar juga dilaksanakan pada bulan Februari bersamaan dengan
peringatan bulan yang disebut orang-orang penuh kasih sayang.
Dilanjutkan dengan sejarah
berjilbab dalam islam, aturan berjilbab untuk siapa, dimana sajakah kita
berjilbab, mengapa harus berjilbab, manfaat berjilbab, jilbab yang syar’i
seperti apa, apa saja tantangan dalam berjilbab, dan bagaimana menyikapi asumsi
“mending jilbabi hati dulu aja”. Semua pertanyaan yang diajukan moderator
dijawab dengan begitu jelas dan sistematis hingga tak membuat tafsir ganda atau
kebingungan bagi peserta. Selanjutnya dilanjutkan sesi tanya jawab oleh peserta
dan begitu antusias terbukti dengan banyaknya pertanyaan dari peserta. Selain
itu, terdapat make over jilbab syar’i dengan dipilihnya satu peserta yang
dirasa jilbabnya kurang syar’i sekaligus jilbab tersebut bisa dibawa pulang. Kemudian,
pembicaraan digiring ke fenomena sosial yang kontroversial bagi muslimah, yakni
kampanye no hijab day yang baru saja ditetapkan pada 1 Februari 2020. Gerakan
ini sampai ke Indonesia dan diduga mencoba mengaburkan syariah islam akan
kewajiban berjilbab. Saran dari pembicara ialah, hiraukan saja dan tugas
muslimah tetap kokoh dengan akidahnya dan perintah Allah SWT.
Berjilbab itu wajib bagi
setiap muslimah. Pahami dan maknai esensi perintah berjilbab. Sesungguhnya
islam membawa sejuta harapan akan solusi peradaban, syariahnya adalah rahmat
semesta alam yang tak lekang oleh zaman dan para pengemban dakwahnya adalah
mereka yang mempersembahkan hidup guna mendalami Al-Qur’an dan berjuang
mengemban cita-cita masa depan umat dari Muhammad SAW.